Skripsi AT
SYAIR BURDAH SEBAGAI INSTRUMEN SULUK / Studi ritual Burdah di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah
Dalam menjalani ritual keagamaan memiliki beragam bentuk yang
dilakukan oleh setiap manusia. Hal itu karena mereka memiliki sosok guru, kyai
atau orang terpandang di tengah mereka yang berguna dalam membimbing agar
tidak terjerumus ke arah jalan yang tidak dikehendaki. Salah satu bentuk ritual
keagamaan yang dibimbing oleh KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi dalam Pondok
Pesantren Assalafi Al-Fithrah adalah kegiatan burdah-an. Di mana kegiatan ini,
secara teoritis dapat dijadikan sebagai instrumen sulu>k dalam menghamba kepada
Allah. Oleh karena itu tujuan penelitian ini agar menemukan pembuktian dari hal
ini dengan cara melalui beberapa sumber salah satunya dengan konstruksi sosial
Peter L. Berger yang meliputi atas tiga dialektika yaitu Eksternalisasi, Internalisasi,
dan Objektivasi. Ketiga dialektika ini digunakan untuk mengungkap burdah yang
dapat dijadikan sebagai instrumen sulu>k dengan menjadikan para santri Al-Fithrah
sebagai objek yang akan diteliti.
Berdasarkan latar belakang, penelitian ini berfokus pada syair burdah yang
dijadikan sebagai instrumen sulu>k dengan cara mengetahui tradisi yang ada dalam
Pondok Al-Fithrah melalui beberapa kajian tematik dengan menyesuaikan kajian
terhadap fakta yang ada di lapangan, oleh karena itu penelitian ini menggunakan
penelitian lapangan (Field Research) yaitu yang mengkaji secara langsung yang
terjadi sebenarnya dalam sebuah masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa syair burdah dapat dijadikan
sebagai instrumen sulu>k melalui teori konstruksi sosial. Melalui tahapan
eksternalisasi, di mana individu santri mulai mengadaptasikan dirinya ke dalam
dunia sosial ke-burdah-an, di mana ia harus menyesuaikan dirinya dengan apa yang
ada dalam tradisi burdah itu sendiri, misalnya para santri yang hadir ikut
mendengarkan, menyimak dan menghayati apa yang sedang dibaca, kemudian
pembaca menghayati apa yang sedang dilantunkannya. Selanjutnya internalisasi, di
mana individu santri mulai memaknai apa yang ada di luar dirinya kemudian
diserap kembali ke dalam individunya, misalnya para santri memaknai bahwa
tradisi burdah-an itu dapat menghilangkan kejenuhan dan kebosanan, menjadikan
hati khusyu’, mengantarkan diri untuk ingat kepada Allah. Kemudian langkah
objektivasi, di mana adanya proses jaringan intersubjektif yang mempengaruhi,
melembagakan, dan melakukan proses pembiasaan diri yang kemudian akan
memunculkan tindakan dalam suatu norma yang disepakati dan dilaksanakan
bersama. Dalam hal ini adalah burdah sebagai sarana dalam ber-suluk kepada
Allah.
Kata kunci: sulu>k, burdah, instrumen, syair, Al-Fithrah.
Tidak tersedia versi lain